Sedikitnya 18 tentara Yaman tewas pada Minggu 26 Desember 2021 dalam pertempuran antara tentara Yaman dan pemberontak Houthi di Provinsi Marib, Yaman tengah. Sementara koalisi pimpinan Arab Saudi tuduh Hizbullah latih Houthi.
“Sebanyak 18 tentara tewas hari ini dalam pertempuran di daerah Gurun al-Balak al-Sharki di Marib selatan,” kata sumber militer Yaman kepada Xinhua tanpa menyebut nama, Senin 27 Desember 2021.
“Ada juga banyak Houthi yang tewas dalam pertempuran itu akibat serangan udara yang dilakukan oleh koalisi Arab pimpinan Saudi,” katanya, tanpa memberikan jumlah pasti.
Keterlibatan Hizbullah
Sementara pihak Koalisi pimpinan Arab Saudi merilis rekaman dan gambar yang dikatakan memberikan bukti keterlibatan Hizbullah dan Iran dalam perang tujuh tahun Yaman. Rekaman juga menunjukkan penggunaan bandara Sanaa sebagai situs peluncuran rudal.
Pada konferensi pers di ibu kota Saudi, juru bicara koalisi Brigadir Jenderal Turki Al-Maliki menunjukkan rekaman instruktur Hizbullah yang melatih Houthi tentang cara menggunakan drone.
Dalam beberapa video, terlihat kotak-kotak bagian drone yang ditumpuk dengan beberapa logo Hizbullah. Al-Maliki menyebut Hizbullah sebagai “kanker di Lebanon” yang awalnya menyerang Lebanon sebelum menyebar ke luar negeri.
“Organisasi teroris Hizbullah telah menyebarkan kehancuran di kawasan dan dunia,” kata Al-Maliki kepada wartawan, menambahkan bahwa kelompok yang didukung Iran memikul tanggung jawab untuk menargetkan warga sipil di Arab Saudi dan Yaman.
Dalam video lain, koalisi mengatakan seorang pemimpin Hizbullah sedang memberikan instruksi kepada Abdullah Yahya Al-Hakim, komandan kedua Houthi yang ada dalam daftar sanksi PBB karena mengorganisir kudeta dan operasi militer untuk menggulingkan pemerintah. Dia juga bertanggung jawab untuk mengamankan dan mengendalikan semua rute masuk dan keluar Sanaa dan pengambilalihan kegubernuran Amran.
“Sektor militer Hodeidah sangat penting. Jika Hodeidah jatuh, dukungan untuk menghadapi agresi akan berakhir,” kata pemimpin Hizbullah itu.
“Laut adalah satu-satunya pintu gerbang untuk dukungan yang akan datang. Jika kita kehilangan laut, kita tidak akan mendapatkan dukungan apapun dan mujahidin tidak akan datang. Kami ingin kerumunan besar mujahidin, kami ingin mengatur barisan kami,” tegasnya.
Al-Maliki juga menyertakan rekaman dan pengawasan udara yang katanya menunjukkan milisi sedang “memiliterisasi” bandara Sanaa dan telah mengubahnya menjadi landasan peluncuran untuk rudal balistik dan dan drone yang menargetkan Arab Saudi.
Konferensi pers itu dilakukan sehari setelah masyarakat internasional mengutuk keras serangan lintas perbatasan oleh milisi Houthi yang menargetkan kota barat daya Jazan, menewaskan dua orang dan melukai tujuh orang pada hari Jumat.
Al-Maliki mengatakan bahwa Iran memasukkan ideologi sektarian ke Yaman, Irak, Suriah dan Lebanon, bahwa Houthi bergantung pada perintah dan instruksi dari Korps Pengawal Revolusi Iran dan mereka telah mengadopsi ideologi sektarian rezim.
Mengenai serangan udara baru-baru ini di Sanaa, Al-Maliki mengatakan koalisi memfokuskan operasinya untuk tidak mempengaruhi kapasitas operasional bandara Sanaa dan serangan itu menargetkan depot drone. Dia menolak klaim yang dibuat oleh Houthi bahwa mereka telah mengepung kota pelabuhan Hodeidah.
“Kami memantau pergerakan milisi Houthi sepanjang waktu,” jelas Al-Maliki.
Al-Maliki mengatakan upaya Houthi untuk mengendalikan Marib yang kaya energi, salah satu benteng terakhir pemerintah yang tersisa, mengancam mata pencaharian 3 juta orang Yaman, tetapi koalisi berkomitmen untuk melindungi warga sipil selama operasinya untuk mendukung tentara.
Dia juga mengatakan bahwa Duta Besar Iran untuk Sanaa Hassan Irloo, yang meninggal karena covid-19 pekan lalu, memimpin perencanaan operasi militer di Marib, dan bahwa Houthi menolak izin untuk mendaratkan pesawat kemanusiaan PBB.
Milisi houthi telah meluncurkan 430 rudal balistik dan 851 drone bersenjata di Arab Saudi sejak Januari 2018, menewaskan 59 warga sipil Saudi. Al-Maliki menyerukan masyarakat internasional untuk menghentikan tindakan permusuhan.
Houthi juga telah meluncurkan 100 perahu jebakan dan menanam 247 ranjau laut, mengancam navigasi maritim, tetapi pasukan koalisi berhasil mengamankan navigasi di Laut Merah.
Al-Maliki mengatakan lebih dari 30.000 Houthi telah tewas sejak awal tahun, menambahkan: “Kami tahu keberadaan para pemimpin Houthi dan memperingatkan mereka untuk terakhir kalinya.”
Inisiatif Arab Saudi untuk mengakhiri krisis Yaman, yang disambut oleh masyarakat internasional, masih dibahas. Tetapi Houthi tidak mencari perdamaian dan telah menolak semua upaya PBB untuk mencapai solusi politik.[Red]
Sumber: Medcom