Pentingnya Ibu Bekerja Tetap Sukses Menyusui Eksklusif

TERNYATA perjuangan seorang ibu tidak hanya diawali pada proses kehamilan dan berhenti saat persalinan saja. Meski sering diabaikan, proses menyusui ternyata cukup menantang terutama bagi para ibu bekerja yang hanya mendapatkan jatah cuti selama tiga atau enam bulan saja.

Dilansir Healthline, produksi ASI memiliki rumus supply and demand, sehingga proses menyusui menjadi sesuatu yang menantang bagi ibu bekerja karena produksi ASI hanya akan meningkat jika rutin menyusui secara langsung atau melalui pompa ASI.

Apakah ibu bekerja bisa sukses menyusui dengan jam kerja selama sembilan jam setiap hari? Tentu saja bisa jika peralatan pompa ASI memadai serta mendapatkan dukungan orang sekitar seperti keluarga dan rekan kerja.

Produksi ASI juga dipengaruhi oleh kesehatan mental sang ibu, sehingga ibu tidak boleh stres selama proses menyusui dan dukungan orang sekitar dinilai sangat penting. Ibu juga perlu menjaga kualitas ASI dengan mengonsumsi makanan bergizi dan minum banyak air mineral minimal dua liter dalam sehari.

Perlu diketahui bayi membutuhkan asupan ASI eksklusif selama enam bulan sebelum ia siap untuk mengonsumsi whole food karena sistem pencernaannya masih berkembang.

Lalu, apakah bayi cukup jika hanya mendapatkan ASI selama enam bulan? Menurut Clevelandclinic, ASI memiliki semua komponen nutrisi yang bayi miliki untuk bertahan hidup selama enam bulan. Selebihnya memang harus mulai mengonsumsi makanan padat sebagai nutrisi tambahan pendamping ASI atau yang biasa dikenal dengan sebutan MPASI (makanan pendamping ASI). MPASI memerlukan teknik memasak khusus yaitu dihaluskan sampai menjadi bubur dan akan ada peningkatan tekstur setiap bulannya agar perkembangan motorik bayi tidak terlambat.

Selain mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan bayi sampai berusia enam bulan, ASI memiliki komponen berharga yang tidak akan ditemukan dalam susu lain atau asupan makanan lain yaitu antibodi immunoglobilin A (kolostrum) yang dapat melindungi bayi dari serangan penyakit.

Itulah fokus utama Pekan ASI sedunia tahun 2023 yang memiliki tema “Mengaktifkan Menyusui: Membuat perbedaan bagi orang tua yang bekerja”. Artinya Indonesia harus mendukung ibu menyusui tidak boleh kehilangan pekerjaan karena sedang melakukan tugas mulia yaitu memberikan ASI yang merupakan hak bayi.

“Ibu menyusui tidak bisa ditanya mau menyusui atau mau bekerja saja. Orang indonesia sudah sadar bahwa keduanya bisa dilakukan secara bersamaan,” ujar Ketua dan Peneliti Utama HCC (Health Collaborative Center) Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK di seminar perayaan Pekan ASI Sedunia 2023 yang digelar secara daring beberapa waktu lalu.

HCC juga mengungkapkan hasil penelitian “Perspektif Masyarakat Indonesia terhadap Ibu Pekerja yang Menyusui” yaitu 57 persen responden setuju dan mendukung ibu tetap bekerja sambil menyusui secara eksklusif tanpa harus khawatir akan kehilangan pekerjaan dalam waktu dekat hanya karena memprioritaskan proses menyusui.

Ditambah 7 dari 10 atau sekitar 67 persen laki-laki responden penelitian ini justru tiga kali lebih mendukung ibu menyusui tetap bekerja dan tidak akan kehilangan pekerjaannya. Karena ekonomi keluarga akan sangat terbantu jika ibu tetap bekerja meskipun tetap menyusui baik menyusui secara langsung atau memberikan persediaan ASI perah yang telah dipompa selama jangka waktu sembilan jam bekerja di kantor.

Pemerintah juga dinilai sudah cukup mengakomodir ibu untuk sukses menyusui sekaligus tetap bekerja. Oleh karena itu, penting sekali edukasi tentang menyusui bisa menggapai seluruh lapisan masyarakat terutama di usia produktif dan masuk ke lingkup pekerjaan agar bersama-sama saling mendukung kesuksesan ibu menyusui sambil bekerja.

Tulis Komentar anda